Penghitungan jumlah penduduk atau sensus penduduk telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Diperkirakan sensus penduduk pertama kali dilakukan oleh bangsa Babilonia pada tahun 3.800 SM. Ada catatan yang menunjukkan bahwa sensus tersebut dilakukan setiap 6 atau 7 tahun sekali. Dalam sensus tersebut yang dihitung adalah jumlah orang dan ternak, serta jumlah mentega, madu, susu, wol, dan sayuran.
Bangsa Mesir mulai melakukan sensus penduduk pada 2.500 SM, dengan tujuan untuk menghitung jumlah angkatan kerja yang diperlukan untuk pembangunan piramida. Sensus juga digunakan sebagi informasi untuk rencana pembagian bantuan pada saat terjadi banjir tahunan Sungai Nil.
Di wilayah Asia, sensus penduduk tertua telah dilakukan bangsa Cina masa Dinasti Han pada tahun 2 SM. Sensus ini cukup akurat dan tercatat jumlah penduduknya saat itu 59.600.000 jiwa yang terdiri dari 12.360.000 rumah tangga. Populasi terbesar di dunia saat itu. Bagi bangsa Romawi, sensus elemen kunci dari sistem administrasi negara dan dilakukan setiap 5 tahun sekali. Dalam sensus Romawi yang didata berupa jumlah warga dan properti mereka. Tujuannya agar negara dapat membagi hak dan kewajiban bagi warganya. Sensus sendiri berasal dari kata Roma kuno, dari bahasa latin “censere” yang berarti “perkiraan”.
Jika sedang terjadi kegiatan sensus di Romawi, maka setiap warga dan keluarganya harus kembali ke tempat kelahiran kepala keluarga untuk dihitung. Sejarahwan menyakini bahwa sensus penduduk di Romawi dimulai oleh Raja Servius Tullius pada abad ke-6 SM. Saat itu jumlah warga Romawi berjumlah 80.000 jiwa.
Alkitab juga bercerita tentang sesus penduduk. Dalam Kitab Bilangan terdapat kisah mengenai perhitungan populasi bangsa Israel selama masa pembuangan di Mesir. Raja Daud dan Raja Salomo juga pernah melakukan menghitungan populasi untuk semua orang asing yang ada di Israel. Dalam Injil Matius juga diceritakan bahwa Yesus lahir ketika terjadi sensus Romawi.
Sumber:
jadi ngerti sekarang
BalasHapussurat al insyirah