Mengenai asal-usul tembakau, masyarakat Indian Huron menerangkannya dengansebuah mitos. Syahdan saat bumi masih gundul, penghuninya di serang kelaparan. Roh Agung mengutus seorang perempuan untuk menolong manusia. Pada tanah yang disentuh tangan kanannya, tumbuhlah kentang. Bila tangan kiri yang menyentuh, tanaman jagung yang tumbuh. Begitu jagung dan kentang telah berlimpah, iapun duduk melepas lelah. Eh, saat ia bangkit, dari tanah tempat ia duduk melepas lelah. Eh, saat ia bangkit, dari tanah tempat ia duduk menyembul tanaman tembakau!
Demikianlah mereka hendak mengatakan, betapa lamanya tembakau dan manusia telah bersahabat. Memang, tahun 1 SM penduduk asli Amerika telah merokok, mengunyah, dan mencium daun tembakau. Bahkan di tahun 1 M, tembakau bisa ditemukan di hampir seluruh Amerika.
Diduga pula, istilah tobago – yang semula nama sejenis pipa rokok masyarakat Indian di Karibia – terpeleset menjadi tobacco atau temabakau dalam bahasa kita. Sedangkan sigaret bisa jadi berasaldari istilah Indian Maya sik’ar yang artinya merokok. Suku ini diketahui sudah merokok pada tahun 600 – 1.000. Ini berdasar peninggalan berupa bejana tanah liat dari sebelum abad XI di Uaxactun, Guatemala. Di permukaannya adalah gambar orang Indian Maya merokok lintingan daun tembakau.
Tembakau pun “keluar” dari benua Amerika saat 12oktober 1492 Cristobal Colon atau Columbus dan awaknya mendarat untuk pertama kali di pantai P. Watling, Amerika Tengah. Mengira dewa,menurut jurnal Columbus, “Penduduk asli Arawak mempersembahkan buah-buahan, tombak kayu dan sejenis daun kering yang berbau aneh. “Sekembali ke kapal mereka memakan buah-buahan tapi ... daun kering itu dibuang.
Namun, siapakah penemu roko? Namanya Rodrigo deJeres dan Luis de Torres. November 1492, di Kuba mereka melaporkan, penduduk asli membungkus tembakau kering dengan daun palem atau jagung, menyalakan salah satu ujungnya lalu mengisap asapnya. Jerez pun meniru. Mungkin dialah perokok pertamabukan asli Amerika. Kebiasaannya berlanjut pulang ke Spanyol. Malang, kepulan asap darimulut dan hidungnya membuat para tetangga takut sampai ia dipenjarakan. Ironisnya, saat ia bebas tujuh tahun kemudian, masyarakat sudah demam rokok.
Sebenarnya, biji tembakau – dibawa ke Spanyol dari Santo Domingo tahun 1559 dan ke Roma pada 1561 – mula-mula diperkenalkan sebagai tanaman hias obat. Ia pertama kali dibawa ke Eropa dari Florida tahun 1565 oleh Sir John Hawkins, pahlawan AL Inggris. Namun, baru 20 tahun kemudian budaya merokok dengan pipa mulai muncul di Inggris, yang akhirnya menyebar ke seluruh benua Eropa.
Rokok sigaret sebenarnya sudah ada sejak 1518, seperti milik masyarakat Aztec, Meksiko, yangmirip produk abad XX. Bedanya, tembakau rajangan sigaret Aztec dijejalkan ke dalam batang berlubang atau dibungkus daun, baiasanya jagung. Pada abad XVI, gelandangan Seville Spanyol, memunguti puntung-puntung ceruta yang terbuang, membongkar isinya, lalu melintingnya lagi dengan kertas koran. Cara irit itu ternyata ditiru kaum non gelandangan. Pekerjaan tangan itu mulai jarang dilakukan setelah ditemukan mesin pelinting sigaret pada awal tahun 1880-an.
Pada dekada I abad XVII, seluruh belahan dunia telah mengenal tembakau. Budi daya yang dilakukan john Rolfe, suami Pocahontas, di Jamestown tahun 1612 mendongkrak nilai ekonomi tembakau. Nilai daun tembakau terus meroket sampai di abad XVII dan awal XVII sempat menjadi alat tukar. Bayangkanlah, pajak utang, bahkan gaji pegawai negeri, tentara, dan pendeta, semuanya dapat dilunasi dengan daun tembakau. Namun, yang bertahan sampai kini, ya fungsi utama tadi : sebagai bahan baku rokok.
Sejarah Rokok di Indonesia
Dari segi bahan , rokok mempunyai beberapa istilah . Yang dimaksud dengan rokok atau sigaret adalah terbuat dari daun tembakau , dan kretek adalah rokok dengan aroma dan rasa cengkeh . Jadi rokok kretek adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau dan mempunyai campuran aroma dan rasa cengkeh . Masyarakat Jawa sebagai perokok pertama, juga mengenal istilah rokok putih , sebutan untuk rokok tanpa cengkeh ( Joglosemar , 2003 ) Ada pula istilah rokok klobot yang terbuat dari daun jagung kering yang diisi dengan daun tembakau murni dan cengkeh .
Haji Jamhari diyakini sebagai pencipta rokok kretek dan mempopulerkannya pada sekitar tahun 1880 . Rokok kretek buatannya sangat ampuh sebagai obat dengan racikan khas cengkeh dan tembakau . Haji Jamhari meninggal dunia pada tahun 1890 , ketika sejumlah warga Kudus mulai mengikuti jejaknya membuat dan menjual rokok kretek , yang waktu itu masih dibungkus daun jagung kering dan disebut rokok klobot sesuai istilahnya dari dulu sampai sekarang ( Jawa Pos , Kamis Legi, 28 Agustus 2003 , halaman 16 ). Adalah M . Nitisemito yang juga dipercaya sebagai penemu dari rokok kretek ( Joglo Semar , 2003 ) M Nitisemito berasal dari Kudus , sekitar 50 km arah timur Semarang , Jawa Tengah . Sekitar tahun 1906 , Nitisemito menderita batuk dan asma yang tak kunjung sembuh . Dikarenakan keputusasaan dalam menghadapi sakitnya , ia mencampur tembakau dicampur dengan cengkeh yang telah digiling dan dibungkus dengan daun jagung kering yang kemudian disebutnya sebagai rokok klobot . Nitisemito pun merasa sehat setelah merokok klobot tersebut dan bermaksud menularkan kebiasaannya tersebut secara luas kepada masyarakat .
Terlepas dari siapa yang menemukan rokok kretek untuk pertamakalinya , M Nitisemito adalah orang pertama yang memperdagangkan rokok kretek dengan kemasan dan diberi merek . Sebelumnya , Nitisemito hanyalah seorang priyayi yang senang merokok klobot sekaligus sebagai pedagang tembakau . Perkenalannya dengan dunia usaha rokok berawal dari pertemuannya dengan Nasilah , yang seorang pembuat dan penjual rokok klobot . Para pelanggannya adalah para buruh , penjaja , atau pedagang kaki lima dan sais dokar yang ada disekitar rumahnya .
Jalinan kerjasama antara Nitisemito dan Nasilah yang kemudian menjadi suami istri inilah merupakan titik balik sejarah industrialisasi rokok kretek di Indonesia . Dibawah bendera perusahaannya , NV Bal Tiga , Nitisemito menjual rokok kretek tersebut dengan merk Bal Tiga yang bermoto : “Djangan Loepa Saja Poenja Nama “( Jawa Pos, Kamis Legi , 28 Agustus 2003 , halaman 16 ). Inilah rokok kretek pertama di Indonesia yang dicetak dengan baik dan menggunakan merk . Namun nasib perusahaan Nitisemito tak semulus perkembangan rokok kretek ciptaannya . Perusahaannya mengalami bangkrut pada tahun 1953 , disebabkan karena ketidak mampuannya bersaing dengan pesaing yang semakin banyak menyusul tumbuh pesatnya industri rokok kretek ( Joglosemar , 2003 )
Selain Bal Tiga , tercatat merek lain yang muncul hampir bersamaan di Kudus . Pada tahun 1913 berdirilah perusahaan rokok Goenoeng dan Klapa yang didirikan oleh M Atmowijoyo . Namun M Atmowijoyo tidak mengubah usahanya menjadi sebuah industri seperti halnya yang dilakukan oleh M Nitisemito . Hingga saat ini , perusahaan yang memproduksi merek Goenoeng dan Klapa masih memproduksi rokok klobot yang dibuat dengan tangan dan diikat dengan tali rami ( Jawa Pos , Kamis Legi , 28 Agustus 2003 , halaman 16 )
Sejarah juga mencatat sejumlah perusahaan yang mengikuti jejak Nitisemito mendirikan industri rokok . Perusahaan rokok tersebut antara lain Nojorono yang didirikan tahun 1932 . Nojorono dibangun oleh Tjoa Kang Hay dan dua kakaknya yaitu Tan Tjiep Siang dan Tan Kong Ping dengan nama perusahaan Trio . Produk-produk yang dihasilkan antara lain adalah Astrokoro, 555, dan Kaki Tiga . Beberapa waktu kemudian Tjoa Kang Hay meninggalkan perusahaan Trio untuk kemudian bekerjasama dengan pengusaha dari Kudus yaitu Ko Djie Siong dan Tan Djing Dhay untuk mendirikan perusahaan Nojorono . Produk yang masih terkenal sampai saat ini adalah Minak Djinggo ( Jawa Pos , Kamis Legi , 28 Agustus 2003, halaman 16 )
Perkembangan pabrik rokok kretek pun lebih banyak berkembang di pulau Jawa . Tercatat beberapa pabrik rokok besar di pulau Jawa misalnya Djambu Bol yang didirikan tahun 1937 oleh Haji Roesjdi Ma’roef , Sukun , Jarum di Jawa Tengah serta Bentoel , Gudang Garam , dan Sampurna di Jawa Timur termasuk beberapa pabrik kecil lainnya misalnya Menara di Solo , Retjo Pentoeng di Kediri , atau Pompa di Semarang ( Kompas , 29 September 2000 ) Hal ini menunjukkan bahwa rokok merupakan lahan usaha yang berkembang pesat dan menjanjikan dalam bidang perekonomian , baik bagi pengusaha , maupun bagi pemerintah dengan pendapatan dari pajaknya .
Related Posts: